Kisah Sukses Ayam Bakar Mas Mono

Kisah Sukses Ayam Bakar Mas Mono - A pramono atau yang akrab di panggil dengan Mas mono awalnya hanya seorang pendatang yang mengadu nasib ke ibu kota, pertama kali dia bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kemudian mas mono bekerja sebagai penjual ayam bakar di pinggir-pinggir jalan. Akhrinya mas mono merasa mantap dengan usaha ini, akhirnya usahanya ayam bakarnya terus berkembang dan mas monopun menjadi seorang miliarder yang punya banyak usaha.

Walau demikian bapak satu anak ini yang akrab di panggil mas mono mengakui kalau kesuksesannya yang kini diraihnya adalah hasil dari perjungan yang panjang dan dia mengatakan bahwa "kesuksesan itu tidak kecuali dengan melewati perjuangan". "Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika memulai usaha ini saya harus ke pasar jam tiga dini hari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur," ujar Pramono.
Kisah Sukses Ayam Bakar Mas Mono

Kisah Sukses Ayam Bakar Mas Mono

Awalnya, mas mono ini berjualan ayam bakar di pinggir Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, tepatnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat itu, setiap hari, kecuali hari libur dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk berdagang.

Dengan memakai kaus, celana gombrang dan sandal jepit, dia setia melayani pembeli yang datang dari pagi sampai pukul 14.00. Sebagian pembelinya adalah mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah tersebut.

"Tapi ya namanya dagang kaki lima, ada gilirannya. Saya dagang dari pagi sampai siang. Dagangan habis nggak habis saya harus tutup. Lalu, jam 14.00 diganti pedagang lain yang menjual nasi goreng, pecel lele dan seafood," tutur Pramono sambil memperlihatkan foto lamanya di laptop.

Pria yang menamatkan S3 (SD, SMP, SMA) di Madiun ini belakangan akrab dengan laptop karena dia menjadi salah seorang mentor nasional dari Entrepreneur University (EU). Foto-foto lamanya itu menjadi salah satu bahan presentasinya ketika membawakan materi tentang wirausaha.

Menurut Pramono, sejak dulu dia suka fotografi tapi hanya sebatas hobi. Bukan karena dia tahu akan sukses. Jika diamati, foto Pramono saat masih berjualan di pinggir jalan dan saat ditemui Warta Kota beberapa hari lalu, memang berbeda jauh. Dulu dia terlihat kurus, sekarang tampak macho dan keren.

"Ya, bedalah Mas. Dulu tidak terawat, sekarang terawat. Dulu nggak punya tabungan, sekarang tabungan banyak di bank," ujarnya sambil menunjukkan tabungannya yang pernah mencapai persis Rp 1 miliar.

Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luangnya dengan belajar komputer. Bukan bermain bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar.

Pramono benar, karena kariernya terus meningkat hingga akhirnya diangkat menjadi supervisor. Meski jabatannya cukup tinggi tapi dia terus tertantang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga dan orangtuanya.

Akhirnya, tahun 2001 dia keluar dari perusahaan tersebut dan memulai usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba. Yang terpenting adalah melakukan action.

"Banyak saudara saya yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari," ujarnya.

Meski menghadapi banyak tantangan, Pramono tidak mau mundur. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus dibersihkan dulu.

"Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh, sial. Namun, kalau saya justru berpikir lain. Wah, ini pertanda bagus, dagangan saya bakal laku. Sebab, saya menggunakan otak kanan. Selalu optimis dan percaya dirt," tegas Pramono.

Bagaimana anda minat jadi pengusaha sukses seperti bang mono, optimis dan terus berjuang dengan apa yang anda suka atau menjadi hoby anda, kalau anda sedang melakoni google adsense, silakan dan beri semangat kuat untuk kesuksesan anda. Salam sukses.

loading...

0 blogger-facebook: